Desa Kalirejo, yang terletak di Kecamatan Wirosari, Kabupaten Grobogan, merupakan salah satu daerah yang terkenal dengan hasil panen padi yang melimpah.

Setiap tahunnya, warga desa ini menjalani musim panen padi dengan penuh semangat dan antusiasme.

Musim panen padi di Desa Kalirejo merupakan salah satu momen yang ditunggu-tunggu oleh para petani dan masyarakat setempat.

Musim panen padi di Desa Kalirejo biasanya dimulai pada bulan April hingga Juli, tergantung dari kondisi cuaca dan waktu tanam padi sebelumnya.

Proses persiapan untuk musim panen padi dimulai jauh-jauh hari sebelumnya, dimulai dengan persiapan lahan, pemupukan, hingga penanaman benih padi.

Petani di Desa Kalirejo menggunakan metode tradisional dalam pengolahan lahan dan penanaman padi, dengan menggunakan cangkul dan alat pertanian sederhana lainnya. Selama musim panen padi, pemandangan di Desa Kalirejo menjadi sangat indah.

Sawah-sawah yang luas dipenuhi oleh tanaman padi yang siap dipanen. Petani bekerja keras untuk memanen padi dengan tangan mereka sendiri ada juga yang menggunakan mesin penggiling (treser).

Mereka menggunakan sabit atau sebilah tajam lainnya untuk memotong batang padi, lalu menumpuknya dalam bentuk malai-malai yang kemudian akan diikat menjadi gudang.

Setelah padi dipanen, proses pengeringan dan penggilingan dilakukan. Padi yang telah dipanen akan dikeringkan di bawah sinar matahari selama beberapa hari hingga kadar airnya turun.

Setelah itu, padi akan digiling menggunakan alat penggiling padi tradisional atau mesin penggiling modern, tergantung pada preferensi petani.

Hasil panen padi di Desa Kalirejo sangat melimpah. Setelah padi digiling menjadi beras, beras tersebut akan dijual kepada para pedagang atau diolah menjadi berbagai produk olahan padi seperti mie, kue, atau makanan tradisional lainnya.

Selain itu, sebagian petani juga menyimpan beras hasil panen sebagai persediaan pangan keluarga mereka sendiri.

Musim panen padi di Desa Kalirejo bukan hanya sekadar aktivitas ekonomi, tetapi juga merupakan warisan budaya yang dilestarikan.

Masyarakat setempat selalu berusaha menjaga tradisi dan kearifan lokal dalam mengolah padi dan menjalani musim panen.

Mereka juga sering mengadakan upacara adat dan festival padi sebagai bentuk apresiasi terhadap hasil panen dan sebagai wujud rasa syukur kepada Tuhan atas limpahan rezeki.